Mengenai Saya

Foto saya
Aku ingin seperti Padi, semakin ia berisi, semakin ia merunduk...

Jumat, 10 Februari 2012

Bahasa dan Pendidikan Anak Usia Dini


Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Masa usia dini atau masa anak-anak merupakan masa yang sangat baik bagi para pengasuh dalam memberikan pendidikan. Pada masa ini, anak menyerap banyak hal dari lingkungan sekitarnya, kebiasaan yang bermanfaat atau yang merugikan, akhlak yang mulia atau yang tercela, dan jalan yang lurus atau yang menyimpang. Kesiapan mental dan pikiran anak pada fase ini sudah terkondisikan sedimikian rupa untuk menerima segala hal yang disukai dan digemarinya, dan menolak segala hal yang dibenci dan diengganinya.
Para psikolog dan pakar pendidikan menegaskan bahwa masa kanak-kanak ditandai dengan pertumbuhan fisik, intelektual dan social. Mempersiapkan dan mendidik anak-anak pada masa ini adalah persiapan untuk menghadapi berbagai tantangan masa depan. Tentang urgennya masa ini, sebagian pakar berargumen karena system saraf anak-anak dalam kondisi fleksibel yang membuatnya sangat reaktif dengan orang sekitar, meniru banyak hal dari perilaku mereka dan mengidentifikasikan dirinya dengan karakter mereka.[1]
Sebenarnya, segala sesuatu yang diterima pada masa anak-anak dari orang tua dan sekitarnya mempunyai pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak-anak. Namun, semua itu membutuhkan pendidikan dan arahan untuk meluruskan segala yang ia terima. Pendidikan dan arahan yang baik yang bisa memberikan bekas yang melekat dalam jiwa anak-anak.
Berbicara pendidikan dan arahan tidak lepas dari bahasa, karena fungsi bahasa merupakan alat untuk menyampaikan maksud atau sesuatu. Kaitannya dengan pendidikan dan arahan pada masa anak-anak, bahasa memiliki peran penting dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak. Karena tanpa bahasa, pedidikan dan arahan yang ingin kita berikan kepada anak-anak tidak akan bisa diterima dan dicerna.
Adapun bahasa yang baik, bahasa yang sopan dan bahasa yang lembut adalah bahasa yang sangat efektif dalam pendidikan dan pembentukan kararter pada usia dini, mengingat akan keinginan setiap orang tua untuk menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang soleh dan anak yang berbakti kepada kedua orang tua sesuai ajaran islam yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Dalam hal ini, ternyata bahasa mempunyai kedudukan yang penting dalam mendidik anak-anak pada usia dini dan membentuk karakter seorang anak, maka saya memilih “Bahasa Pendidikan Usia Dini” sebagai tema makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Bahasa Pendidikan Usia dini?
2.      Bagaimanakah Tahap Perkembangan Bahasa pada Anak?

Pembahasan
A.    Bahasa Pendidikan Usia dini
Sebelum kami memaparkan maksud dari “bahasa pendidikan usia dini”, kami akan menjelaskan definisi dari istilah tersebut baik secara etimologi ataupun terminology.
1.      Bahasa
Dalam surat Al-Baqarah ayat 31 Allah berfirman:
 “dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannnya kepada para malaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jka kamu memang benar orang-orang yang benar”[2]
Dari percakapan dalam ayat ini, dapat kita fahami bahwa awal mula bahasa itu ada sejak diciptakannya Nabi Adam, As dan bahasa tersebut khusus diberikan hanya kepada manusia saja dan bukan untuk makhluk selain manusia seperti hewan dan yang lainnya.
Secara kegunaan atau fungsinya, bahasa merupakan alat untuk menyampaikan sesuatu atau alat untuk berkomunikasi, dan atau memberitahukan, menanyakan atau memperingatkan tentang suatu fakta[3]. Secara definitive bahasa memiliki arti yang cukup banyak dan beragam. Jika kita tinjau bahasa dari segi filsafat, bahasa merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah, sekaligus juga sarana untuk menyampaikan hasil pemikiran ilmiah.[4] Soejono Dardjowidjojo mendefinisikan bahasa adalah suatu system symbol lisan yang arbriter yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.[5] Sedangkan Kinayati Djojosuroto mendefinisikan bahasa adalah
a)      Bunyi-bunyi vocal yang digunakan dalam ujaran atau lambing-lambang tertulis dari bunyi-bunyi vocal itu.
b)      Alat komunikasi yang digunakan dalam lingkungan kelompok manusia tertentu.
c)      Sopan santun, tingkah laku yang baik.
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu.
Bahasa merupakan gambaran realitas
Bahasa merupakan system symbol yang memiliki makna
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia, penuaian emosi, pengejewantahan pikiran mausia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari hakekat kebenaran dalam hidup.
Bahasa merupakan suatu system symbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya non empiris.[6]
2.      Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat hendaknya dilaksanakan seumur hidup dan secara terpadu, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Agar tujuannya tercapai, ketiga-tiganya harus seiring dan sejalan, tidak bisa hanya ditumpulkan pada salah satunya.
Seyogyanya pendidikan diterapkan sejak usia dini terlebih-lebih sejak calon peserta didik masih berada di dalam rahim ibunya, dan dalam hal ini adalah tugas orang tua dan terutama seorang ibu karena ibu adalah orang terdekat pertama bagi seorang anak. Sejak awal kehidupannya, yaitu semenjak terbentuknya konsepsi, lalu berkembang menjadi embrio, dan kemudia terlahir ke dunia, seorang anak banyak berhubungan baik secara fisik maupun psikis dengan ibu yang mengandungnya.[7]
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Kenyataannya, pengetian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Selanjutnya kami akan mengemukakan pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan.
a)      Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindugan dan bantuan ayng diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, tau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan olwh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran idup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.[8]
b)      Menurut N. dkk
Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup aau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.[9]
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, secara redaksioanl memang ada perbedaan, tetapi secara esensial terdapat kesamaan yaitu bahwa pendidikan adalah suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.
3.      Usia Dini
Usia dini biasa kita kenal dengan masa kanak-kanak. Dalam bahasa arab kata kanak-kanak ini sama dengan kata ath-thifl dan al-walad. Dalam kamus Al-Munawir dua kata tersebut berarti bayi atau anak kecil.[10] Dalam kitab lisan Al-Arab kata Thifl atau Thiflah berarti anak kecil. Bentuk pluralnya adalah Athfal. Seseorang disebut Thifl (anak-anak) ketika ia lahir dari perut ibunya hingga ia mengalami mimpi basah (sebagai pertanda baligh).[11]
Secara terminology, kanak-kanak berarti fase pertumbuhan yang dimulai dari lahir atau anak-anak yang masih belum mengerti tentang aurat wanita[12] dan berakhir ketika menginjak baligh. Adapun usia baligh ini para ulama’ berpendapat bahwa usia kanak-kanak berakhir atau menjadi baligh ketika berumur dua belas tahun, sehingga yang disebut anak adalah orang yang belum mengalami mimpi basah.[13]
Pada usia inilah pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa akan sangat mempengaruhi anak dalam berbahasa dimasa yang akan datang, oleh karenanya kami akan mencoba mengemukakan tahap perkembangan bahasa pada anak-anak.

B.     Perkembangan Bahasa Pada Anak
Bagi ahli lingustik perlu mengetahui bagaimana perkembangan bahasa pada pengguna bahasa. Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain dapat diartikan sebagai suatu sistem simbol dan urutan kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.[14]
Mayoritas anak-anak secara konsisten terbenam dalam lingkungan dan kepribadian yang kaya akan bahasa. Mulai dari mengucapkan kata-kata yang dapat dikenali, menggabungkan kata, menyusun kalimat, sampai berkomunikasi memakai bahasa yang kompleks. Adapun tahap perkembangan bahasa adalah sebagai berikut:
a)      Perkembangan Kosa Kata
Perkembangan nyata dalam perkembangan bahasa masa sekolah adalah peningkatan kosakata. Mereka mempelajari kata melalui pengajaran kosakata secara langsung di sekolah, akan tetapi mereka belum piawai memaknai kata yang didengar atau yang diucapkan. Terkadang pemahaman awal bersifat samar-samar dan tidak akurat. Satu kesalahan yang kerap terjadi adalah undergeneralization dan overgeneralization.
Seiring bertambahnya usia, pengalaman, dan pengajaran yang diterima, para siswa terus memperbaiki pemahaman mereka terhadap kata-kata. Selain itu banya definsi yang awalnya konkrit menjadi abstrak. Contoh, saat Jeff berusia 4 tahun, ia mendefinisikan musim panas sebagai musim hujan hampir tidak pernah turun dan cuaca sangatlah panas. Ketika SMP ia mendefinisikan musim panas kemiringan relative bumi terhadap matahari. Ini merupakan gagasan yang jauh lebih abstrak.
b)      Perkembangan Sintaksis
Memungkinkan kita meletakkan berbagai kata sekaligus menjadi kalimat  yang  memiliki tata bahasa yang tepat. Aturan-aturan sintaksis bisa dibilang rumit, namun dalam sebagian besar kasus kita tidak menyadari kalau kita sudah mengaplikasikannya (Chomsky). Saat mulai masuk pertama kali sekolah, anak-anak telah menguasai banyak peraturan sintaksis. Pemahaman dan penggunaan konstruksi yang kompleks.
Kesalahan berbahasa ditinjau dari aspek sintaksis sangatlah berpengaruh terhadap hasil makna yang ditimbulkan. Brown mencontohkan beberapa kalimat di bawah ini:
Stage I:
(use of WH but no auxiliary verb employed)
What Daddy doing?
What you laughing?
Where Mommy go?
Untuk memperoleh hafalan, pembacaan,  komunikasi, dan makna sangat tergantung dalam pemilihan kata ataupun kalimat yang disusun.
c)      Perkembangan Kemampuan Mendengarkan
Kemampuan mendengarkan dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai kosakata dan sintaksis yang telah dikuasai, walaupun faktor-faktor lain juga berpengaruh. Dampak dari kelemahan mendengarkan akan mengancam anak-anak dalam ketidakfahaman.
Saat usia beranjak dewasa, manusia akan semakin kurang bergantung kepada konteks memahami pesan-pesan orang lain. Seiring meningkatnya kemampuan melakukan penalaran abstrak. Hal ini akan semakin menambah kematangan manusia dalam berbahasa baik mengistilahkan, mendefinisikan atau bahkan menambah dengan nalar dan perspektif.
d)     Perkembangan Keterampilan Komunikasi Lisan
Keterampilan komunikasi sangat diperlukan oleh semua manusia, mulai usia dini hingga tua. Anak-anak kerap kali mengalami kesulitan melafalkan bunyi seperti ‘r’ dan ‘ny’. Saat usia 8-9 tahun, sebagian besar siswa telah menguasai bunyi bahasa ibu. Jika kesulitan pelafalan terus berlanjut pada masa setelahnya dan perlu dikonsultasikan dengan dokter ahli patologi bicara mengenai strategi-strategi perbaikan atau penyembuhan.
Meski demikian, pelafalan yang tepat mungkin bukan satu-satunya hal yang harus dikomunikasikan para siswa secara efektif.  Mereka juga harus mempertimbangkan karekteristik orang yang menerima pesan-pesan mereka.
Terkadang anak usia dini mengucapkan kata-kata tanpa mempertimbangkan sudut pandang pendengarnya (piaget menyebutnya pembicaraan egosentris). Bahkan siswa SD tingkat akhir pun gagal mempertimbangkan informasi yang dimiliki pendengar saat berkomunikasi.[15]
Sebuah komunikasi lisan yang efektif adalah pragmatika, yakni konversi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang tepat, dalam Bahasa Arab lebih dikenal dengan sebutan ‘muqtadlol hal’. Fonologi yang tepat  dan ekspresi yang tepat pula. Owens melakukan observasi secara pribadi tentang perkembangan pragmatik ini, saat siswa SD dan SMP mungkin belum sepenuhnya mengerti konteks bahasa pada lingkup sosial dan psikologi.[16]
e)      Perkembangan Metalinguistik
Sepanjang masa sekolah, para siswa selalu akan bermain dengan bahasa baik bernyanyi, deklamasi puisi, cerita, bermain kata, maupun bercanda (Cristie dan Johnsen). Permainan bahasa itu akan selalu bermanfaat terutama dalam hal penambahan kosakata dan melafalkan huruf sesuai dengan konteks sosial dan psikologinya. Kemampuan memikirkan hakikat bahasa tampaknya berkembang lambat seiring dengan semakin cepatnya perkembangan bahasa anak usia dini, remaja, sampai menginjak dewasa. Hal itu dipengaruhi oleh media dan pergaulan mereka dengan alat-alat baru yang semakin mempermudah dalam penguasaan bahasa.
Saat usia SD berangsur-angsur menjadi mampu menentukan kapan kalimat dapat diterima. Saat menginjak remaja, mereka menjadi semakin menyadari berbagai fungsi kata dalam kalimat (membedakan kata benda, kerja, sifat, dsb), sebagian besar merupakan hasil dari pengajaran formal yang diaplikasikan di segala tempat. Saat melewati usia remaja mereka akan meningkat kesadaran berbahasanya sesuai dengan konteks dan memahami bahasa kiasan, pribahasa, simbol, dan puisi.
Bahasa sebagai warisan biologis dan lingkungan yaitu yang pada dasarnya perkembangan bahasa itu dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor lingkungan. Beberapa aspek penting dalam membahas faktor biologis yang menentukan perkembangan bahasa oleh Santrock dan Yussen (1992) menyatakan bahwa anak manusia dilahirkan tidak seperti burung yang datang ke dunia secara biologis sudah siap menyanyikan lagu-lagu sesuai dengan jenisnya. Para ahli percaya bahwa evolusi biologis membentuk manusia ke dalam makhluk linguistik. Berkenaan dengan evolusi biologis, otak, system syaraf, dan system vocal berubah selama beratus-ratus ribu tahun. Kemudian bahasa adalah suatu pemerolehan yang selalu baru terjadi. Sedangkan secara ikatan biologis sendiri dinyatakan oleh (Santrock) yang percaya bahwa manusia terikat secara biologis untuk belajar bahasa pada suatu waktu tertentu dengan cara tertentu pula. Ditegaskan pula bahwa anak-anak itu dilahirkan ke dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa atau suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang mendasari semua bahasa manusia.[17]
Setelah dikemukakan pengertian baik secara etimologi dan terminology dari ketiga kata “Bahasa Pendidikan Usia dini” berikut pula perkembangan bahasa pada anak usia dini, jadi sangatlah jelas apa  maksud dari bahasa pendidikan usia dini tersebut. Bahasa pendidikan usia dini adalah bahasa yang digunakan untuk mendidik anak yang masih berusia dini atau yang masih belum baligh dan perkembangan bahasa pada anak-anak usia dini.
Pada masa anak-anak ini pendidikan sangat berperan penting dalam perkembangan anak-anak tersebut baik dari mental, intelektual, dan spiritual dalam hal ini khususnya perkembangan bahasa pada anak-anak. Hanya dengan pendidikan yang baiklah anak-anak dapat menjadi manusia dewasa yang siap dalam menyongsong masa depan. Pendidikan yang baik belum bisa dicerna dan diterapkan dengan baik jika cara mendidik dan penyampaian pendidikannya kurang baik. Yang dimaksud disini adalah bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya sesuai dengan porsinya atau sesuai dengan usia tahapan pada anaknya sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.


Kesimpulan

Kalau dalam pendidikan, pendidikanlah yang bisa membentuk sebuah karakter anak didik, tetapi lebih dari itu sesungguhnya bahasalah yang lebih berperan dalam pembentukan karakter seorang anak didik, karena pendidikan bisa terlaksana dan bisa dikatakan sukses disebabkan peran bahasa sebagaimana fungsinya.
Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, karena dimasa ini seorang anak akan lebih cepat merekam dan menangkap ajaran atau hal-hal yang ia peroleh dari lingkungan sekitar, oleh karenanya dalam pendidikan pada masa dini sangatlah diperlukan kesantunan dalam berbahasa dan yang lebih penting lagi harus disesuaikan dengan usia anak tersebut. Terlebih orang tua ketika telah mengetahui tahapan dalam perkembangan bahasa anak harus memberikan pendidikan atau ajaran yang sesuai juga. Pada usia dini terdapat beberapa tahapan dalam perkembangan bahasa yaitu: Perkembangan Kosa Kata, Perkembangan Sintaksis, Perkembangan Kemampuan Mendengarkan, Perkembangan Keterampilan Komunikasi Lisan, Perkembangan Metalinguistik.


Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971)
Athiyah Ath-thuri, Hannan, Mendidik Anak Di Masa Kanak-Kanak, (Jakarta: Amzah, 2007)
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008)
Djojosuroto, Kinayati, Filsafat Bahasa, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007)
Fathiyaturrahmah dan Edi Wibowo, Safruddin, Peranan Ibu Dalam Pendidikan Anak Perspektif Al-Qur’an, (Jember: Madania Center Press, 2008)
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)
Mandzur, Ibnu, Lisan Al-Arab, (Bairut: Daar Shaadi, Al-Maktabah Asy-Syamilah)
Maunah, Binti, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009)
Mar’at, Samsunuwiyati, Psikologi, (Bandung: Refika Aditama, 2009)
Ormrod, jeanne, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Jakarta, Airlangga, 2008
Rahardjo, Mudjia, Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Sosiolinguistik, Fakultas Humaniora Dan Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2006
Taisirul balaghoh
http//:www.nurilsb.com



[1] Hannan Athiyah Ath-Thuri, mendidik anak perempuan dimasa kanak-kanak, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2007 hlm
[2] Ditulis ulang dari Al-Qur’an terjemahannya, Surat Al-Baqarah, ayat 31(Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971)
[3] Samsunuwiyati Mar’at, psikolinguistik, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009 hlm. 31
[4] Mudjia Rahardjo, Bahasa, Pemikiran Dan Peradaban, Pidato Pengukuhan, Malang, 2006 hlm 5
[5] Soejono Dardjowidjojo, psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008 hlm. 16
[6] Kinayati Djojosuroto, filsafat bahasa, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2007 hlm. 45
[7] Fathiyaturrahmah dan Safrudin Edi Wibowo,  peranan ibu dalam pendidikan anak perspektif Al-Qur’an, Madania Center Press, Jember, 2007 hlm. V
[8] Hasbullah, dasar-dasar ilmu pendidikan, Pt. Raja Grafindo, Jakarta, 2006 hlm. 3-4
[9] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan,Teras, Yogyakarta, 2009 hlm. 4
[10] A.W. Munawir, Al-Munawir kamus arab-indonesia, Pustaka Progesif, Surabaya, 1997 hlm 856 dan 1580
[11] Diterjemahkan dari kitab Lisan Al-Arab karya Ibnu Mandzur, Daar  Shodir, Bairut, juz 11 hlm 401
[12] Sebagaimna firman Allah dalam Al-Qur’an, surat An-Nur: 23
[13] Hannan Athiyah Ath-Thuri, mendidik anak perempuan dimasa kanak-kanak, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2007
[14] http//:www.nurilsb.com disunting 6 november 2011

[15] Ormrod, jeanne. Psikologi Pendidikan:  Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, ( Jakarta. Airlangga, 2008), Hal. 71- 75
[16] Taisirul balaghoh,
[17] http//:www.nurilsb.com disunting 6 november 2011