Mengenai Saya

Foto saya
Aku ingin seperti Padi, semakin ia berisi, semakin ia merunduk...

Jumat, 10 Februari 2012

Bimbingan dan Konseling


KONSEP DASAR BIMBINGAN SEKOLAH
DAN KONSELING
A.    Latar Belakang
Pada dewasa ini Bimbingan dan Konseling telah sangat dirasakan kepentingannya disalah satu dunia pendidikan. Begitu penting perannya di dalam pelayanannya terhadap dunia pendidikan, sehingga pada tahun 1962 secara resmi Bimbingan dan Konseling telah dirintis oleh sekolah-sekolah teladan baik SD, SMP, dan SMA, bahkan teorinya sudah diajarkan di Perguruan Tinggi.
Dengan semakin berkembangnya Bimbingan dan Konseling di sekolah-sekolah, maka pada tahun 1975 dimasukkanlah kedalam kurikulum SMP dan SMA yang kemudian pelaksanaanya dimulai pada tahun 1976 di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan begitu, Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan yang di dalamnya mengemban tugas untuk mewujudkan aspirasi Nasional dan cita-cita bangsa serta tujuan-tujuannya. Mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan arahan yang diberikan kepada perorangan maupun kelompok pada umumnya dan kepada murid pada khususnya demi meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan dan relevan sekali dengan rumusan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan untuk membimbing anak didik menjadi warga Negara Pancasila yang berkepribadian berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitarnya, serta dapat menjadi manusia yang bisa mengembangkan dirinya secara optimal. Sehingga memiliki kepribadian yang seimbang dan bertanggung awab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Untuk mencapai tujuan ini, maka guru-guru dan lembaga yang berkepentingan dituntut untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak didik, baik melalui pemilihan metode-metode, penilaian-penilaian yang baik, teknik-teknik yang lebih efektif dan pengajaran maupun bentuk kegiatan lainnya yang nantinya menjurus kepada perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak.
Tedapat beberapa factor yang melatar belakangi munculnya Bimbingan dan Konseling antara lain;
1.      Kompleksnya permasalahan dalam kehidupan masyarakat modern maupun yang masih primitif, persoalan yang seringkali timbul dari kepribadian anak didik yang tidak sama baik dari segi kebutuhan, kemampuan dalam menyesuaikan dirinya maupun di luar dirinya.
2.      Perkembangan dan kemajuan zaman memberikan tuntutan dan tantangan baru kepada individu maupun kepada sekelompok masyarakat.
3.      Kekurangmampuan untuk menyaring kebudayaan, yang mengakibatkan berbagai permasalahan seperti bersikap, norma-norma, pergaulan, konflik dan goyahnya nilai-nilai kehidupan sehingga merugikan perkembangan dan kesinambungan pribadi.
4.      Semakin majunya dunia teknologi yang di satu sisi dapat memberikan suatu kemudahan dari segala aspek kehidupan, namun di sisi lain dapat menggoncangkan dunia ketenagakerjaan.
5.      Kemajuan teknologi dan era-globalisasi serta perubahan-perubahan di era-Reformasi ini ada kecendrungan memperlakukan manusia seenaknya.
B.     Pengertian Bimbingan dan Konseling
Menurut Drs. Bimo Walgito bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau kelompok dalam menghindari atau  mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan agar individu atau kelompok tersebut dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Konseling menurut James F. Adam adalah suatu pertalian timbal balik antara dua individu dimana satu membantu yang lain. Supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-malasah hidup yang dihadapi pada waktu yang akan datang.
C.    Tujuan Bimbingan dan Konseling
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum ini sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang system pendidikan nasional (UUSPN) tahun 2003 (UU No. 20 tahun 2003), yaiitu bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003: 6).
2.      Tujuan Khusus
Yaitu bertujuan untuk membantu siswa agar mampu mengembangkan dirinya yang meliputi beberapa aspek antara lain:
a.       Aspek Pengembangan Pribadi-Sosial.
1)   Memiliki kesadaran diri.
2)   Dapat mengembangkan sifat positif.
3)   Membuat pilihan secara sehat.
4)   Mampu menghargai orang lain.
5)   Memilik rasa tanggung jawab.
6)   Mengembangkan keterampilan hubungan pribadi.
7)$26nbsp;  Dapat menyelesaikan konflik.
8)   Dapat membuat keputusan secara evektif.
b.      Aspek Pengemabangan Belajar.
1)   Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar sevara efektif.
2)   Dapat menerapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
3)   Mampu belajar secara efektif.
4)   Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi atau ujian.
c.       Aspek Pengembangan Karir.
1)   Mampu membentuk identitas karir, dengan cara mampu mengenali ciri-ciri pekerjaan di dalam lingkungan pekerjaan.
2)   Mampu merencanakan masa depan.
3)   Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir.
4)   Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat. (2003: 26-30)
D.    Fungsi Bimbingan dan Konseling
Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, layanan Bimbingan dan Konseling jika ditinjau dari sifatnya maka berfungsi sebagai berikut;
1.      Pencegahan (Preventif)
Yaitu merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dan pelayanan yang diberikan dengan fungsi preventif ini berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Pelaksanaan dari fungsi ini dapat berupa program orientasi, program bimbingan karir, inventarisir data dan sebagainya.
2.      Pemahaman
Pemahaman ini meliputi:
a.       Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa, orang tua, guru dan duru pembimbing.
b.      Pemahaman tentang lingkungan siswa (baik lingkungan keluarga maupun sekolah) oleh siswa sendiri, orang tua, duru, dan guru pembimbing.
c.       Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (tentang informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan atau karir, dan informasi budaya/nilai-nilai).
3.      Perbaikan
Sekalipun fungsi pencegahan dan fungsi pemahaman telah dilakukan, bisa jadi siswa masih mengalami masalah-masalah tertentu. Untuk itu maka fungsi bimbingan dan Konseling layanan perbaikan sangat berperan sebagai solusi-solusi dalam mengatasi dan memecahkan permasalahan yang dialami siswa.
E.     Dasar-Dasar Teori Bimbingan dan Konseling
1.      Teori Sifat
Menurut pendapat Cattel dalam buku prof. Dr. Simanhadi W. dalam bukunya Pokok-Pokok BP, bahwa kepribadian itu memiliki sifat umum dan sifat khusus. Sfat atau traits merupakan unsur dasar struktural dan merupakan kecendrungan luas untuk berkreasi dan merupakan prilaku yang relatif tetap. Dan secara garis besar kepribadian manusia dapat digambarkan dengan rumus sifat sebagai berikut :
R = S1 T1 + S2 T2 ......+ Sn Tn
Ket : R = Respon (sebagai perwujudan sifat kepribadian)
S = Situasi
T = Traits (Sifat)
KONSELING :
a.       Tujuan Konseling
1)   Membantu inidividu untuk mengenal dirinya.
2)   Membantu individu untuk mengenal dunia sekitarnya.
3)   Membantu individu untuk mewujudkan kemampuannya.
b.      Peranan Konselor
1)   Memberitahu pada konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh melalui testing, dari hasil test itulah ditemukan kelemahan dan kekuatan konseli.
2)    Membantu konseli menentukan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan test.
3)   Membantu konseli mengembangkan potensinya.
4)   Memberi nasehat kepada konseli dengan memberi penjelsan.
5)   Menciptakan hubungan yang akrab, hangat, penuh pengertian selama dalam proses konseling.
c.       Tahap dalam Konseling
1)   Tahap Analisis
Menganalisa keadaan konseli dengan wawancara, xatatan komulatif, otobiaografi untuk mengetahu kesehatan jasmani, keseimbangan emosional, minat dan pembawaan konseli.
2)   Tahap Sintesis
Merangkum dan menyimpulkan data analisa dengan kesimpulan yang jelas.
3)   Tahap Diagnosis
Yaitu mencari sebab terjadinya masalah, menentukan identifikasi masalah dan mencari jalan pemecahan.
4)   Tahap Konseling Penyuluhan
Memberi bantuan untuk memecahkan masalah dan mengembangkan kepribadian, menciptakan hubungan dengan konseli yang bersfiat menyembuhkan.
5)   Tahap Tindak Lanjut
Memberi tahu konseli bagaimana cara memecahkan masalah-masalah baru atas dasar kemampuan konseli.
Kesimpulannya :
Kepribadian itu terdiri dari system siafat atau factor yang saling tergantung, seperti kemampuan, minat, sikap dan temperament. Dan sifat ini merupakan prinsip pengatur yang dapat disimpulkan dari pengamatan tingkah laku.
2.      Teori Rasional Emotif
Kepribadian manusia akan menjadi sehat jika pikirannya tidak dikendalikan atau tidak didominasi oleh kekacauan emosional. Kadang emosi manusia mengikuti cara berfikirnya dan pada taraf tertentu tidak akan mengganggu proses berfikir yang rasional, namun bila terjadi terjadi kekacauan emosional, maka proses berfikirnya menjadi tidak logis dan irrasional. Hubungan antara pikiran dan emosi itu bersifat komplementer. Emosi manusia merupakan proses yang kompleks yang dimulai dari suatu peristiwa yang ditangkap dan dinilainya, dan kemudian timbullah kecendrungan untuk mendekati atau menjauhi sesuatu yang sesuai dengan hasil penilaiannya.
KONSELING :
a.       Tujuan
1)   Mengubah sikap, persepsi, cara berfikir klien yang irasional dan ilogik menjadi rasional dan logis, agar klien dapat mengembangkan diri.
2)   Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sebagai akibat dari cara berfikir yang keliru dan tidak logis.
3)   Secara khusus mengembangkan self interest, self direction dan toleransi.
b.      Pendekatan
1)   Pendekatan kognitif yang secara aktif berdasarkan rekasi-reaksi emosinal.
2)   Pendekatan dengan menggunakan system konfrontasi filosofik secara langsung.
3)   Pendekatan emotif dengan membawa langsung klien kedalam masalah yang dihadapinya (masalah emosional) dan melatihnya untuk mengeluarkan emosi secara terbuka.
c.       Langkah dalam Konseling
1)   Memberitahu klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakiannya yang ilogik dan irasional.
2)   Meyakinkan klien bahwa keyakinannya yang irasional dapat diubah.
3)   Mengarahkan klien untuk berfikir rasional dan logis.
4)   Mengajak klien untuk mengembangkan filsafat hidup yang rasional dan logis.

3.      Teori Behaviorisme
Tingkah laku masnusia itu berkembang melalui respon-respon kognitif, motorik terhadap rangsangan baik eksternal maupun internal. Neorosis dapat dijelaskan dengan dengan mempelajari perilaku-perilaku yang tidak adaptif melalui proses belajar yang normal. Tujuan terapi ini adalah untuk mengubah atau memodifikasi hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan respon-responnya.
KONSELING :
a.       Tujuan
1)   Merubah tingkah laku yang buruk menjadi baik.
2)   Menciptakan kondisi-kondisi baru untuk belajar.
b.      Hubungan antara konselor dan konselee
1)   Konselor memegang peranan aktif dalam menumukan masalah konsele.
2)   Konselor menyiapkan sistem dengan prosedur yang didefinisikan secara baik.
3)   Konseli terlibat dalam menentukan tujuan, memiliki motivasi untuk mengubah tingkah lakunya dan bersedia untuk bekerja sama dalam proses konseling.
4)   Konselor harus memahami dan menerima konseli dan memberi bantuan dalam mengubah arah yang diinginkan konseli.
c.       Teknik-teknik konseling
1)   Desensitisasi (meresponnya dengan antagonistic seperti relaksasi )
2)   Assertive Training (latihan pengungkapan)
3)   Aversion Theraphy (penyembuhan dengan hukuman)
4.      Terapi Psikoanalisa
Psikoanalisa mencakup tiga aspek yaitu:
a.       Sebagai metode penelitian proses psikis.
b.      Suatu teknik untuk mengobati gangguan psikis.
c.       Sebagai teori kepribadian.
KONSELING :
a.       Tujuan
Membentuk kembali struktur karakter individu.
b.      Teknik terapi
1)   Assosiasi bebas, menjernihkan pikiran klien dengan apa yang muncul dalam kesadarannya.
2)   Interpretasi, berfungsi untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
3)   Analisis mimpi, membuka hal-hal yang tidak disadari dan memberi tilikan terhadap masalah yang belum terpecahkan.
4)   Analisis dan interpretasi resistensi (sisa), menyadari alasan timbulnya resistensi yang berguna untuk memperkecil kemungkinan klien menolak interpretasi.
5)   Analisis dan interpretasi transferensi (pergantian), berguna untuk menghidupkan kembali masa lampau yang dialami klien.
5.      Terapi Client Centered
Tokoh pengembangan terapi Client Centered adalah Carl Panson Rogers, dan terapi ini bercirikan sebagai berikut :
a.       Tujuan terapi, pembinaan kepribadian klien yang integral dan berdiri sendiri, serta memecahkan masalah yang diahadapi.
b.      Sasaran terapi, aspek emosi dan perasaan yang dikeluhkan oleh klien.
c.       Titik tolak, penelusuran terapi adalah keadaan individu, bahkan kondisi social psikologis dari klien ketika behubungan dengan terapis.
d.      Proses terapi, penyerasian gambaran klien tentang dirinya dengan keadaan klien yang sesungguhnya.
e.       Hubungan antara terapis dengan klien merupakan situasi pengalaman yang yang berkembang terus hingga menuju pada keadaan kepribadian klien yang integral.

f.       Pemegang peranan dalam terapeutik adalah klien
Cara mendekatkan permasalahan :
a.       Dalam proses terapi, klienlah memilih dan menentukan segala sesuatu.
b.      Klien yang bertanggung jawab atas kesembuhannya, bukan terapis.
c.       Sasaran terapi adalah pembinaan dan pengembangan kepribadian klien.
6.      Terapi Gestalt
Cirri-ciri terapi Gestalt adalah bahwa penyembuhan itu melalui proses penyadaran sebagai inti teoritik maupun terapan. Penyadaran merupakan kegiatan menunjuk pada suatu jenis pengalaman seketika dan berkembang karena hubungan individu dengan lingkungan serta merupakan bagian hubungan tersebut. Terapi Gestalt ini dilakukan dengan cara memberi kesempatan pada klien untuk mengemukakan hal-hal yang belum pernah diungkap sebelumnya, namun hal tersebut selalu merisaukannya dan tanpa tujuan. Pengungkapan tersebut dapat memberikan sebuah pengalaman dan wawasan yang merupakan sebuah penyegaran dan penyadaran.
Inti terapi Gestalt secara garis besar adalah sebagai berikut :
a.       Klien melakukan sendiri terapinya, sedangkan terapis sebagai pengamat atau komentator dan pembimbing okasional.
b.      Klien membuat interpretasinya sendiri. Merumuskan pernyataan langsung terhadap orang lain dan mencapai penyadaran diri.
c.       Klien bertanggung jawab tentang tingkah lakunya sendiri dan klien mencari keputusan sendiri.
d.      Terapi Gestalt paling efektif bagi pasien yang sosialis, terlalu menekan diri, terlalu dibatasi dan phobia.
e.       Analisa terhadap mimpi berguna untuk membantu pasien melakukan pertahanan diri dan menarik gambaran serta perasaan dalam mimpi kedalam konteks keberadaan saat ini.
f.       Masa lampau perlu dipelajari, tetapi bukanlah semata-mata dengan interpretasi masa lampau itu sendiri namun relevansi masa lampau itu dengan masa kini.
g.      Tugas terapis yang pokok adalah memberikan permulaan, pengawasan, mengembangkan potensi, memperlakukan klien secara manusiawi dan menunjukkan kepercayaan diri klien.
F.     Penutup
Sebagaiman telah disebutkan sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang bisa membimbing anak didik menjadi lebih baik. Meski demikian bimbingan dan konseling ini dapat juga digunakan di luar sekolah dengan menerapkan teori-teori yang telah ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar